Kamis, 17 Desember 2020

Kiat Menulis Ala Wartawan

Malam ini narasumber berlatar belakang seorang wartawan. Untuk sebuah pelatihan menulis, memang kurang afdal jika belum bisa mendatangkan wartawan. Pasalnya, wartawan yang biasa dijuluki kuli tinta adalah pelaku sejarah setiap zaman dalam dunia tulis menulis. 

Jadinya, saya merasa benar-benar beruntung bisa mengikuti kelas menulis ini sebab pematerinya berasal dari berbagai latar belakang profesi, termasuk wartawan. Beberapa waktu sebelumnya, grup menulis ini telah mendatangkan narasumber dari dunia penerbitan, blogger, penulis, dan tentu saja para guru hebat yang telah berhasil mengukir prestasi dengan menerbitkan buku. 

Yuk kita kembali pada kuliah malam ini.  Bertepatan dengan hari Jumat tanggal 13 November 2020, jam 19.00, Bu Aam Nurhasanah yang bertindak sebagai moderator kembali menyapa peserta. Tak lupa, Bu Aam memperkenalkan narasumber dengan mengirimkan biodatanya agar segera dibaca peserta.

Nama aslinya Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Sedangkan nama pena dan media sosial adalah Nur Terbit. Tokoh wartawan dari Bugis, Makassar ini dilahirkan pada tanggal 10 Agustus 1960. Nur Terbit menjalani profesi wartawan sejak di bangku kuliah. Dari meja redaktur kampus, ia melanjutkan profesi sebagai koresponden Harian Terbit (Pos Kota Group) di Sulawesi Selatan. 

Tahun 1984 ia hijrah ke Jakarta untuk menjalani profesi sebagai reporter yang kemudian berlanjut menjadi redaktur. Saat koran tempatnya bernaung "dijual", ia pun memutuskan keluar dan pensiun dini pada tahun 2014. Namun, ia tetap menulis dan menjadi redaktur media online www.possore.com.

Itulah sekelumit biodata Nur Terbit, narasumber hebat malam ini. Sebagai seorang wartawan, menulis bukanlah sebuah aktivitas yang asing baginya. Selama ini ia telah menulis berbagai jenis tulisan seperti berita, peristiwa, laporan pandangan mata dari lapangan, atau yang sering disebut sebagai reportase.

Sekilas Tentang Tulisan di Koran

Media massa, terutama koran memiliki pola penulisan yang khas. Di dalamnya disajikan berita yang sedang hangat. Apa yang terjadi dan sedang menjadi isu panas adalah sesuatu yang sangat disukai oleh media massa, tak terkecuali koran. 

Sekalipun sama-sama termuat di koran, pola penulisan berita memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan artikel. Format standar penulisan berita adalah murni untuk menyampaikan peristiwa atau berita secara apa adanya. Penulis dilarang keras untuk memasukkan opini atau pandangannya di dalam tulisan jenis berita.

Karena itu, bila penulis hendak beropini, menyampaikan pendapat, dan pandangannya, maka sebaiknya ditulis dalam bentuk artikel. Sebab, di dalam tulisan jenis artikel seorang penulis dapat lebih bebas mengemukakan pandangan dan pendapatnya. Penulis artikel boleh dari kalangan wartawan atau  khalayak umum. Biasanya, penulis artikel adalah mereka yang memiliki keahlian di bidang tertentu.

Untuk setiap tulisan yang berupa artikel atau opini, koran-koran menetapkan standar honor tertentu. Para penulis akan mendapatkan honor apabila tulisannya berhasil dimuat. Mengenai besaran jumlah honornya, masing-masing koran membayar penulis sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 

Seiring perkembangan teknologi, ada pergeseran di dalam penyajian dan pencarian informasi. Bila dahulu orang-orang akan mencari koran, majalah, atau tabloid di pedagang kaki lima, penjual koran, atau di perempatan lampu merah, kini orang cenderung memilih informasi dari gawainya. 

Munculnya situs-situs berita online telah mampu menekan laju media cetak. Namun, di sisi lain, media online membuka peluang usaha dan pekerjaan baru. Selain itu, media online juga menyajikan banyak pilihan informasi kepada khalayak pembaca. Dengan hanya menggunakan handphone, orang sudah bisa menyaksikan perkembangan dunia.

Diawali Dari Kebiasaan Membaca

Nur Terbit sudah belajar menulis sejak masih di bangku SD. Sebuah kebetulan yang membawa berkah bahwa ayahnya seorang pegawai yang bekerja di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. 

Salah satu tugas ayahnya adalah mengantar buku inpres ke sekolah-sekolah di daerah. Buku inpres adalah berbagai jenis buku bacaan, buku pelajaran, dongeng, cerita petualangan dan majalah-majalah anak-anak. Nur Terbit diuntungkan dengan keberadaan  buku-buku itu di rumahnya. 

Menurutnya, dengan adanya buku-buku itu, ia pun memiliki kebiasaan membaca. Sebuah hobi yang sangat berguna bagi masa depannya sebagai seorang penulis. Benarlah kata orang, bahwa agar mahir menulis harus banyak membaca. Dengan nada berseloroh dia menambahkan, "minimal membaca tulisannya sendiri. Di mana kekurangannya, ejaannya, dan lain-lain."

Pada masa belajar di bangku SD pula, Nur Terbit telah berani mencoba mengirim tulisan ke media massa lokal yang terbit di daerahnya, Makassar. Media Pedoman Rakyat, koran tertua di Makassar, bahkan di seluruh Indonesia bagian timur. Perasaan bangga pun berkecamuk di dalam dirinya pada saat tulisan-tulisannya dimuat. Rasa senangnya semakin membuncah ketika menerima honor pertama dari tulisan yang dikirimnya.

Keberhasilan mengirim tulisan di koran semakin menambah kepercayaan dirinya. Maka, ketika ada ajang lomba menulis untuk pelajar, ia pun menjadi wakil sekolahnya. Lomba menulis antar sekolah semakin memupuk kepercayaan diri dan meningkatkan kecintaannya pada aktivitas menulis. Apalagi dia dapat menjadi juara dalam lomba tersebut.

Kecanduan menulis itu terus ia bawa hingga ke bangku SLTP dan SLTA. Nur Terbit melanjutkan sekolahnya di PGA (Pendidikan Guru Agama). Salah satu tugas akhir yang harus dia lakukan adalah praktik mengajar siswa SD. Saat itu, dia kebagian mengajar di SD Muhammadiyah Maros Sulawesi Selatan. Dia mengajar siswa kelas 6 yang muridnya ada yang berbadan besar melebihi dirinya.

Pengalaman mengajar di SD itu, dia tulis dan kirim sebagai naskah lomba menulis pengalaman ke majalah HAI (Kompas Group). Ia sangat senang karena menang, sekalipun hanya mendapatkan juara harapan satu. Rasa bangga luar biasa ia rasakan karena kemenangan itu. Sebagai hadiahnya, dia mendapatkan kamus Bahasa Inggris karya Hasan Sadili dan kaos HAI.

Rupanya yang menjadi juara pada lomba tersebut adalah para penulis cerpen dan novel terkenal pada zamannya. Para juara itu antara lain Leila S Chodori, Gola Gong, dan AGS Arya Dwipayana.

Rekam Jejak Kegiatan Menulis

Nur Terbit melanjutkan kuliah di IAIN Makassar. Saat mahasiswa itulah dia menjadi wartawan resmi. Selain itu, dia juga mengelola koran kampus. Pasca lulus kuliah, dia bergabung dengan Harian Terbit (Grup Poskota) di Jakarta pada tahun 1984. Saat itulah dia semakin intensif belajar menulis opini, tulisan feature, laporan bersambung, dan sesekali menulis cerpen percintaan atau yang bertema keluarga. 

Pada 2014 dia pensiun dini dan mulai fokus menulis di blog kompasiana. Dia juga mulai mengenal media sosial, baik facebook, twitter, instagram, maupun youtube. Tak jarang dia mengikuti lomba-lomba menulis dan menang. Dari lomba-lomba itu dia mendapat hadiah laptop, kamera, handphone, dan yang paling sering adalah mendapat fleshdisk atau voucher belanja.

Dari banyak tulisan yang berserakan di berbagai media, Nur Terbit berhasil membuat buku. Salah satu buku itu diterbitkan di YPTD.  Judulnya Wartawan Bangkotan.



Buku berikutnya berjudul Lika-liku Kisah Wartawan, diterbitkan PWI Pusat tahun 2020. 

Lalu ada juga bacaan ringan yang akan segera terbit berjudul Mati Ketawa Ala Netizen.


Sebagian Manfaat Membaca

Menilik proses kreatif para penulis dalam melahirkan karya, tak terlepas dari sebuah proses panjang yang diawali dengan kegiatan atau kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca terbukti mampu memberikan pengaruh positif bagi perkembangan kemampuan menulis. Demikian pentingnya aktivitas membaca sehingga banyak para penulis yang menekankan pentingnya kegiatan yang satu ini.

Bila dicermati, ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan membaca, diantaranya:

1) memperkaya perbendaharaan kata

2) menjadi lebih memahami EYD.

3) menambah wawasan, terutama berkaitan dengan format jenis tulisan, belajar menyusun paragraf yang baik dan benar, dan unsur-unsur mekanis dalam teks tulis. Dengan banyak membaca, kita menjadi mampu menyerap gaya tulisan orang lain. Meskipun tidak boleh melakukan plagiasi atas tulisan orang lain, tetapi meniru dan memodifikasinya tetap saja disarankan bagi mereka yang belajar menulis. 

Bagi para pemula, karya penulis lain berfungsi sebagai model. Penulis pemula bisa mempelajari tulisan orang lain dengan cara membacanya. Tak ada cara lain selain membaca. Dengan membacanya, kita menjadi paham gaya tulisan orang lain. Ini tentu saja akan memperkaya referensi kita dalam mencari identitas gaya tulisan khas sendiri. 


Kiat Menulis Nur Terbit

Menurut Nur Terbit, dari pengalaman menulis selama ini, ada  beberapa kiat dalam menulis. Meskipun bisa jadi ini bukanlah sebuah penemuan baru, tetapi tetap dapat dijadikan sebagai acuan dalam menapaki sebuah asa melahirkan karya tulis sendiri. Berikut kiat menulis ala Nur Terbit.

1) Menulis dengan kunci 3D. Maksudnya, hendaknya kita menulis apa saja yang Di-alami, yang Di-sukai, dan yang Di-kuasai.

2) PDLS. maksudnya adalah Peka Dengan Lingkungan Sekitar.

3) TBTO. Artinya, seorang penulis harus Terus belajar dari Tulisan Orang Lain

4) TLMM. ini berarti Terus latihan Menulis di Media Sosial(Medsos)

5) TILM. Maksudnya adalah Terus Ikut Lomba Menulis. Hal ini sangat penting untuk mengukur sejauh mana kualitas tulisan kita.

Bila tulisan sudah tersebar dan terserak di berbagai media, selanjutnya adalah mengumpulkannya, mengeditnya, dan menerbitkannya. Jangan segan untuk segera menghubungi penerbit, karena setiap buku memiliki jodohnya masing-masing.

Berkaitan dengan tulisan artikel yang hendak dikirim di media massa, kita mesti mempelajari kriteria dan standar tulisan yang biasa dimuat di koran, majalah, atau tabloid tersebut. Ini wajar saja, sebab setiap media memiliki kriteria dan standar yang berbeda-beda. Yang terpenting dari kita sebagai penulis adalah hendaknya menulis hal-hal yang disukai dan dikuasai. 

Selain itu, penulis perlu memperhatikan komposisi perbandingan pendapat yang ada di dalam tulisannya. Idealnya enam puluh persen pendapat sendiri. Sedangkan sisanya bisa bersumber dari kutipan atau teori dari para pakar. Pendapat juga harus diperkuat dengan data. Dengan adanya data atau hasil survei, tulisan kita akan semakin bagus.

Dari sisi penerbit atau pihak media, pada umunya mereka melihat tulisan dari tema, isi, aktualitas, cara penyampaian, dan kepakaran penulisnya. Sebagai contoh, koran kompas setiap hari menerbitkan tulisan sesuai dengan rubrik yang ada. Rubrik itu mencakup berbagai bidang seperti hukum, politik, keuangan, olah raga, dan sebagainya. Nah, yang menulis biasanya sesuai dengan bidang kepakaran masing-masing.



Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir








Tidak ada komentar:

Posting Komentar