Senin, 05 Oktober 2020

Catatan Hari Pertama

 Ini adalah hari pertama saya mengikuti kegiatan Belajar Menulis Gelombang 16 bersama Omjay. Pada sesi ini materi disampaikan oleh Bapak Abdul Hakim Busro. Lebih jauh tentang narasumber bisa diintip di tautan: https://www.gurupenggerakindonesia.com/inilah-narsum-guru-menulis-pgri-gelombang-16-tgl-5-9-oktober-2020/. Adapun moderator yang bertugas mengatur forum dan memfasilitasi peserta dan pemateri adalah Ibu Aam Nurhasanah. 



Ada dua kata atau ungkapan pembuka yang disampaikan Bapak Abdul Hakim. Yang pertama, "Mereka yang tidak berani membunuh ketakutan akan terbunuh oleh ketakutan." Maksud dari ungkapan ini adalah agar kita berani mencoba. Jangan takut membuat kesalahan. Karena mempelajari sesuatu yang baru pasti akan ada risiko dan konsekuensi, baik itu mengenakkan atau justru sebaliknya. Karena itu, ketakutan dan rasa takut mencoba itu harus dilawan agar kita bisa menjadi orang yang lebih baik. Begitulah kira-kira makna dari ungkapan tersebut. 

Ungkapan kedua yang disampaikan pemateri adalah, "kata adalah senjata." Mungkin ini terkesan berlebihan. Namun, bagi seorang yang bijak dan mau merenunginya, ungkapan itu dapat diterima. Sebab, pada kenyataannya, kata-kata bisa menjadi lebih tajam daripada silet. Kata dapat menjadi lirik lagu yang mendayu, puisi yang menyentuh kalbu, bahkan bisa menjelma menjadi pisau tajam yang dapat mencerai beraikan sebuah hubungan yang lama dibangun. Maka, belajarlah merangkai kata untuk membangun sebuah peradaban yang dapat memuliakan manusia. Manfaatkanlah kata untuk menjalin keakraban dengan dunia. Gunakan kata untuk keberhasilan kita dan membantu sesama. Mulailah dengan kata dan berkreasilah dengannya.

Sebelum melanjutkan paparannya, pemateri mengajak peserta untuk menonton tayangan youtube, terkait vlog cerdas berbahasa. Untuk menyaksikannya bisa diketuk tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=OI-PC4k053g&t=27s. Di dalam video itu ada beberapa hal yang dibahas, yang disampaikan dengan sangat menarik baik melalui pemaparan, survei, maupun wawancara. Dalam beberapa survei lapangan,  dijumpai adanya beberapa tempat layanan umum yang lebih mengutamakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Contohnya, ada yang memasang plakat tanda masuk dengan menulis kata asing  IN di posisi atas dengan huruf besar, sedangkan bahasa Indonesianya ditulis di bawahnya dengan huruf yang jauh lebih kecil. 


Ada juga spanduk yang menggunakan bahasa secara gado-gado. Video singkat itu juga menayangkan permainan kata yang dilakukan secara langsung bersama para responden. Dalam tebak kata baku itu, nampak bahwa responden masih melakukan kesalahan dalam menentukan kata baku dan tidak baku. Ini membuktikan bahwa ada PR yang cukup besar untuk memperbaiki penggunaan Bahasa Indonesia di tengah masyarakat kita.

Di dalam video tersebut juga terdapat wawancara dengan Bapak Ibnu Wahyudi, seorang dosen fakultas ilmu budaya dari Universitas Indonesia. Beliau memaparkan bahwa cerdas berbahasa itu adalah kemampuan memilih kata atau kalimat yang sesuai dengan situasi dan konteksnya. Lebih jauh, orang yang cerdas berbahasa tidak menggunakan Bahasa Indonesia secara gado-gado yang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa selalu berkembang dan berproses. Karenanya, perlu untuk mencari padanan kata untuk setiap bahasa asing baru yang belum ada persamaannya. 

Jadi, bermula dari kata memang. Kalimat yang indah berawal dari kata. Teks yang panjang juga dimulai dari kata. Maka, penguasaan kata manjadi pondasi yang sangat menentukan kualitas seorang penulis. Lalu, bagaimanakah agar penguasaan kata tidak hanya sekadar mimpi? Langkah apa yang harus dilakukan pertama kali agar mereka yang ingin menjadi penulis hebat dapat menguasai perbendaharaan kata yang memadai sehingga ia dapat menari-nari dengan kata-kata tersebut? Jawabannya adalah diawali dengan membaca.

Pak Abdul Hakim kembali melempar sebuah kutipan, "Membaca adalah gerbang utama seklaigus kunci pembuka bagi yang ingin menggenggam keberhasilan.." Ungkapan ini tidaklah berlebihan. Sebab, pada kenyataannya banyak orang-orang hebat lahir dari pembaca-pembaca  yang hebat. Maka, siapapun yang bermimpi ingin menjadi penulis, mereka harus mengetahui bahwa salah satu kunci dan gerbang utama yang harus dilaluinya adalah dengan membaca. Kebiasaan dan keterampilan membaca yang baik akan menentukan kualitas tulisan seseorang. Siapa saja yang tidak mau membaca tetapi ingin menjadi penulis, maka dia akan terbentur pada keterbatasan dalam tulisannya. Mungkin dia seorang penulis yang produktif, tetapi tulisannya dipastikan tidak kaya dengan kosa kata. Tulisannya hanya begitu-begitu saja. Tak akan dapat menyajikan spektrum kata yang beraneka dan tentu saja kalimatnya hanya mengulang-ulang yang pernah ditulisnya. lebih dari itu, ulasannya tentang topik yang ditulis menjadi sangat dangkal. tentu saja hal ini akan mendatngakan kebosanan pada pembacanya.

Jadi, membaca itu dapat menambah wawasan dan jumlah perbendaharaan kata yang terekam dalam memori. seorang penulis pemula, mutlak membutuhkan amunisi kata yang cukup untuk mengeksekusi sebuah tema agara menjadi tulisan yang bagus. itu tak akan bisa dilakukannya apabila ia sedkiti sekali membaca. berbeda dengan mereka yang suka membaca. Akan banyak Kata-kata yang terekam dalam kantong ingatannya yang akan segera dapat diambil kapanpun dibutuhkan. Inilah yang disebut dengan kosa kata aktif.

Apakah kosa kata aktif? Untuk menjadi penulis yang baik, kita harus mengaktifkan lebih banyak lagi kosa kata. KBBI versi 2018 menyebutkan sekitar 109.000 kata. Nah, dari ratusan ribu kata itu, berapa ribu kata yang aktif di dalam memori kitA? Tentu saja setiap orang menyimpan jumlah kosa kata yang berbeda-beda. Mereka yang terbiasa membaca, berbicara, dan menulis jumlah kosa katanya lebh banyak dibanding dengan orang-orang yang jarang membaca, sedikit berbicara, dan tidak menulis. Karena itu, kita sering menjumpai ada orang yang jika berbicara, perkataannya seakan menghipnotis pendengar. Ada juga orang yang tulisannya memukau pembaca. Itu semua tidak lain karena perbendaharaan kosa kata yang kaya. Karena itu, tak ada cara untuk memperkaya kosa kata selain dengan membaca. Sedangkan untuk mengaktifkan kosa kata tersebut adalah dengan menggunakannya dalam komunikasi, terutama dengan menuangkannya dalam tulisan.

Sampai di sini dapat ditegaskan bahwa membaca dapat memperkaya kosa kata. Membaca membuat otak tetap terjaga dan aktif melakukan fungsinya dengan baik, yaitu menyerap informasi dan mengolahnya menjadi hal-hal baru yang bermakna. Membaca menjadi api pemantik yang membakar semua proses kreatif itu yang secara sederhana diawali dengan menyergap setiap kosa kata dari teks yang dibaca. Selanjutnya, penguasaan kosa kata berimplikasi positif pada keterampilan menulis dan berbicara. Orang yang kaya kosa kata akan berbicara secara lebih efektif. Komunikasi yang efektif akan meniscayakan tersampaikannya pesan sehingga dapat menghilangkan kesalahpahaman. 

Namun, perlu diingat, membaca saja tidak secara otomatis membuat seseorang lantas pandai berbicara atau terampil menulis. Sebab, berbicara dan menulis itu adalah keterampilan berbahasa yang perlu untuk terus diasah. Jika tidak dilatih, maka tetap saja keterampilan itu tidak bisa mencapai titik puncak yang seharusnya. Namun, bila dibandingkan antara orang yang gemar membaca dengan yang tidak, bila keduanya sama-sama melatih diri untuk belajar berbicara atau menulis, maka tentu saja orang yang suka membaca akan lebih berkualitas dalam berbicara dan menulisnya. Itu tak lain karena informasi yang diserapnya dari bacaan yang dibacanya.

Yang menjadi pertanyaan adalah bacaan seperti apa yang perlu dibaca? Jawabannya adalah semua jenis bacaan. Artinya, kita tidak boleh membatasi diri hanya membaca satu jenis bacaan. Untuk mendapat kosa kata yang beragam dan bisa mengaktifkannya adalah dengan membaca berbagai macam jenis teks. Jika kita hanya membaca satu jenis bacaan, misalnya buku teks, maka tentu saja kosa katanya akan terbatas pada kata-kata terkait teks itu. Namun, bila kita mau membaca tulisan jenis lain, misalnya biografi, karya fiksi, olah raga, dan jenis-jenis lainnya, maka ini akan membuat kita mampu mengolaborasikan berbagai jenis kata sesuai maksud yang kita kehendaki. Otak kita dapat memanggil kosa kata itu bila sewaktu-waktu dibutuhkan.


Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir


 


8 komentar:

  1. Mantap sukses selalu mari saling memperbaiki! Semangat...

    BalasHapus
  2. Subhanallah...lengkap banget. Smg kian baik..kian baik n kian baik..sukses....salam.literasi

    BalasHapus
  3. Wah langsug good, boleh saran ya setiap paragraf jangan terlalu panjang.

    BalasHapus
  4. Masukan yang sangat bagus. Insya Allah di catatan berikutnya saya usahakan paragrafnya lebih pendek Pak.Terima kasih.

    BalasHapus