Selasa, 13 Oktober 2020

Kunci Keberhasilan Penulis

Pada hari Jumat, tanggal 9 Oktober 2020 kuliah menulis online melalui grup Whatsapp memasuki hari ke-3. Persis jam 19.00 kuliah dibuka oleh Ibu Sri Sugiastuti yang bertindak sebagai moderator. Ibu Sri, yang biasa disapa dengan nama Bu Kanjeng memperkenalkan pemateri malam hari ini. Namanya adalah Dedi Suhendi. Biasa dipanggil Ya' Dedi. Berikut adalah foto diri pemateri yang sudah terpampang di dalam poster.


Sebelum menyampaikan materi, dan setelah memperkenalkan diri, Pak Ya' Dedi menyampaikan sebuah moto yang menurut saya menjadi pesan yang sangat penting. Moto, "Carilah ilmu sebanyak-banyaknya. Semakin banyak ilmu, kita tak akan menyalahkan orang lain." 

Bila direnungkan, moto tersebut memiliki makna yang mendalam. Pasalnya, belakangan ini orang cenderung mudah menyalahkan orang lain. Ada yang disebabkan beda paham. Ada juga yang karena salah paham. Begitu pula, tak sedikit orang menyalahkan orang lain hanya karena ia belum mempunyai ilmu terkait pandangan yang dikritiknya. Ilmunya belum sampai, tetapi sudah sok menyalahkan orang. Betapa memalukan.

Pak Ya' Dedi melanjutkan pesan berikutnya yang menurut saya justru menjadi saripati dari kuliah malam ini. Bahwa kunci keberhasilan penulis adalah menciptakan semangat, motivasi, kemauan, usaha, dan konsistensi. Selain itu, seorang penulis jangan sampai lupa berdoa memohon kemudahan, bimbingan, kesehatan, kecerdasan, dan semua hal yang terkait. Selebihnya adalah mencari teman yang bisa menginspirasi, mendorong, dan memberi semangat. Dalam hal ini Pak Ya' Dedi mencontohkan Omjay.

Apa yang disampaikan Pak Ya' Dedi di bagian pengantar tersebut memang hal yang paling urgen bagi seorang penulis. Apalah arti kepandaian dan penguasaan teknik menulis yang mumpuni jika seseorang sudah tidak lagi mempunyai semangat, motivasi, kemauan, dan konsistensi? Tentu saja semua keunggulan teknis itu menjadi mubazir.

Adapun bila seseorang sudah mampu memiliki semua karakter dasar seorang penulis, seperti yang disebutkan di bagian pengantar tersebut, selanjutnya tinggal memoles dengan hal-hal teknis. Ada beberapa kiat yang dipaparkan pemateri. 

Pertama, mulailah latihan menulis dengan menulis tulisan-tulisan yang akrab dalam keseharian penulis. Misalnya, dengan menulis tulisan-tulisan pendek, baik itu  yang terkait dengan kegelisahan, kesukaan, hobi, minat, pengalaman, keahlian, impian, atau kebutuhan. 

Adapun bentuk tulisannya bisa jadi berupa satu, dua, atau tiga paragraf opini. Ini sebagai langkah awal untuk memunculkan kebiasaan menulis. Bila paragraf opini itu masih ada peluang dilanjutkan, maka bolehlah melanjutkannya keesokan harinya. Tambahkan satu, dua, atau tiga paragraf lanjutannya. Bila hal ini dilakukan terus-menerus, maka ia akan menemukan karakter tulisan dan poin penting yang ingin disampaikan dalam deretan kalimat itu.

Kedua, temukan kenyamanan dalam menulis. Bila kita kurang enjoy dalam menulis bersama dalam sebuah kursus, maka cobalah menulis sendiri. Hal terpentingnya adalah menemukan kenyamanan dalam menulis. Jadi, bila kita merasa takut dengan aturan-aturan kepenulisan yang membuat ribet, sebaiknya abaikan saja dulu. Bila berkompetisi itu menimbulkan tekanan, sebaiknya tinggalkan dan menulislah dengan perasaan bebas tanpa rasa takut. 

Ini penting agar tidak memadamkan semangat kita dalam menulis. Maka sejak awal harus dibangun semangat. Singkirkan penghalang-penghalang mental menulis agar aktivitas menulis tidak terhenti di tengah jalan.

Ketiga, tanamkan keyakinan bahwa menulis itu mudah seperti kita meng-update status. Kita bisa mengambil ide yang berseliweran di sekitar sebagai pemantik untuk menulis. Misalnya, dimulai dengan pengalaman kita sendiri. Agar tidak menguap, manfaatkanlah teknologi semisal laptop dan HP berikut aplikasi menulis untuk menyimpan ide-ide tersebut. 

Keempat, menulislah dari hal yang sederhana. Misalnya dengan mendeskripsikan apa yang kita indra. Jadi, jangan terlalu berpikir rumit dan muluk. Berangkat dari pancaindra, lalu lukiskan apa yang kita lihat, cium, dengar, raba, atau yang kita rasakan. Percaya tidak, terkadang meskipun objek yang kita lihat sama, tapi hasil tulisan tetap akan berbeda. itu terjadi karena masing-masing penulis memiliki sudut pandang yang berbeda. 

Kelima, kreatif dalam memilih dan menentukan topik tulisan. Ada sebagian penulis yang berangkat dari minatnya. Ada pula penulis yang menemukan topik setelah membaca  sebuah paragraf menarik dari koran. 

Penulis yang kreatif biasanya selalu mencatat segala hal menarik yang ditemukannya. Lalu ia memoles catatan itu dengan menambahkan ide atau gagasannya. Bisa juga ia menyanggah atau menambahkan data pada catatan itu.

Pada saat menuangkan ide, bisa jadi kita butuh selingan. Maka, kita bisa keluar sebentar untuk menghirup udara segar,  minum kopi, atau teh. Intinya, kita perlu menulis dalam suasana yang rileks sehingga bisa mencurahkan ide dengan lebih baik. Setelah cukup rileks, maka kita bisa melanjutkan untuk menyempurnakan tulisan tadi.

Cara yang paling mudah untuk menulis adalah dengan menuliskan kehidupan diri kita sendiri. Bisa jadi, hal ini justru malah menjiwai sehingga tulisan kita menjadi bernyawa. Hasil corat-coret cerita hidup diri sendiri bisa jadi akan berwujud novel. Inilah salah satu ketidakpastian.

Jadi, yang terpenting teruslah menulis. Banyak buku best-seller yang ternyata berangkat dari tulisan iseng yang sekadar menumpahkan perasaan dan kegundahan. Namun, tentu saja kita bisa lebih serius juga. Itu semua tergantung dari kreativitas dan tujuan kita dalam menulis.

Terakhir, pastikan tulisan kita memiliki roh. Tulisan yang memiliki roh adalah tulisan yang bernyawa. Ia bisa membuat pembaca menangis, tertawa, tergelitik, tersentuh, dan sebagainya. Lantas, apa yang membuat sebuah tulisan memiliki roh? Tak lain adalah ketika tulisan tersebut ditulis dengan penuh penghayatan. 

Tentang bagaimana sebuah tulisan ditulis dengan penghayatan atau tidak, erat kaitannya dengan kreativitas. Kreativitas akan menghasilkan sebuah karya yang impresif dan artistik. Karena itu, seorang penulis memang harus kreatif. Nah, tentang karya kreatif, bisa juga melihat tulisan pemateri pada tautan berikut: https://yadedisuhandi.blogspot.com/2020/09/kisahdi-samping-sepakat-2-berawal-dari.html?m=1


Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir



   

8 komentar:

  1. terima aksih sdh mengerjakan tugas resumenya dengan baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Omjay sudah mampir di gubuk saya.

      Hapus
  2. Resume yang mantap, Pak. Saran perbaikan setahu saya untuk waktu menggunakan 'pukul' dan bukan 'jam', Pak. Pukul 19.00 WIB. 'Jam' digunakan untuk interval atau jangka waktu, misalnya dua jam, lima jam. 🙏

    BalasHapus
  3. Wow, masukan yang sangat berharga. Terima kasih, Pak.

    BalasHapus