Senin, 02 November 2020

Betti Risnalenni, Guru yang Juga Pengusaha

Hari beranjak malam. Para peserta sudah tidak sabar untuk menyimak pemaparan narasumber di grup whatsapp Belajar Menulis Gelombang 16. Maklum saja, hari ini adalah hari Rabu. Sebagaimana jadwal yang sudah ditetapkan sejak awal pertemuan, bahwa kuliah dilaksanakan setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Adapun waktunya diselenggarakan setiap pukul 19.00.

Rabu kali ini bertepatan dengan tanggal 28 Oktober 2020. Bila dihitung dari awal, ini pertemuan yang kesebelas. Ketika waktu menunjukkan pukul 18.54, Omjay menyapa para peserta sembari memperkenalkan narasumber malam ini. Beliau adalah Betti Risnalenni. 

                                   Ket.:  Bu Betty bersama para guru SD Insan Kamil


Berbeda dengan malam-malam sebelumnya yang kebanyakan berbicara seputar dunia tulis menulis,  pemateri malam ini berbagi tentang pengalamannya menjadi pengusaha. Beliau seorang guru hebat. Di samping menggeluti tugas sebagai guru, banyak kegiatan lain yang dilakukan sehingga kaya dengan pengalaman. Namun begitu, tetap tampil dengan rendah hati. Ibarat padi, semakin berisi semakin menunduk. 

"Sebenarnya saya agak gak enak berbagi di kelas menulis ini karena di sini banyak orang hebat dan penulis. Sedangkan saya bukan penulis tapi pernah menulis. Ok, saya akan bercerita pengalaman saya saja. Dari jadi guru sampai punya usaha," kata Bu Betty membuka materinya.

Jiwa kerendahhatiannya begitu tampak dari kalimat-kalimat yang disampaikan. Menurutnya, sudah banyak guru yang juga sekaligus menjadi pengusaha.  Jadi, di sini Bu Betty hanya sekadar berbagi. Mengenai sosok Bu Betty, sekilas dapat dilihat di dalam link youtube berikut, https://youtu.be/_txR-OhkTpA.

Sampai saat ini, Bu Betty tetap mengajar meskipun hanya sedikit jam. Menurutnya, walaupun hanya mengajar sedikit jam, tetap saja menguras pikiran karena guru dituntut untuk kreatif, apalagi di musim pandemi seperti saat ini.

 Peluang Guru menjadi Pengusaha

Terkadang, kita sering menjalani kehidupan ini secara rutinitas. Maksudnya, kita tidak mencoba untuk menjalankan aktivitas lain selain profesi yang sudah dijalani. Akibatnya, kita cenderung menjadi orang yang tidak memikirkan alternatif pekerjaan lain sebagai sampingan. Sebagai contoh, pernahkah kita berpikir, seberapa besar peluang guru menjadi pengusaha?

Kita sering terjebak oleh ketakutan akan kegagalan. Mungkin juga karena merasa sudah nyaman menjadi seorang guru, apalagi sudah berstatus sebagai ASN, membuat kita enggan untuk mencari tahu tentang peluang menjalani sebuah usaha.  Padahal, menurut narasumber, guru sangat berpeluang menjadi pengusaha. 

Alasannya, karena seorang guru mempunyai pangsa pasar yang cukup banyak dan potensial. Sebut saja misalnya para murid, orang tua murid, teman seprofesi, dan lain sebagainya. Yang jelas, bila dieksplorasi, semua orang yang ada di sekitar pekerjaan kita saat ini berpeluang menjadi pangsa pasar yang potensial. 

Apa yang dilakukan Bu Betty, berangkat dari aktivitas berpikir. Kepalanya tak berhenti memikirkan peluang. Misalnya, bila ada kesempatan, kira-kira jualan apa yang bisa dibeli atau diperlukan orang? Prinsipnya adalah menyenangi apa yang dilakukan, termasuk berjualan. Sehingga meski terkadang jualannya tidak laku, ia tetap merasa senang. 

Ia menerjuni usaha tanpa berpikir ilmu dan teori terlebih dahulu. Semacam menjalani sambil belajar, learning by doing. Justru, ilmu bisnisnya baru didapat setelah usahanya berjalan dengan sukses. Menurutnya, kebiasaan senang berjualan meski rugi bertentangan dengan ilmu bisnis yang baru ia dapatkan saat mengikuti pelatihan UMKM.

Pengalaman Awal Menjalankan Usaha

Pengalaman awal Bu Betty bermula dari tahun 1996. Saat itu, ia membuka kursus Aritmatika. Ia menulis materinya dalam bentuk sebuah buku. Jadi, yang dijual adalah materi. Lalu, pada tahun 1998 buku itu dijual sendiri dengan cara mengadakan pelatihan-pelatihan.

Dari pelatihan-pelatihan itu, Bu Betty banyak mendapatkan informasi dan relasi. Hingga tak kurang dari 24 cabang telah berhasil dibuka untuk daerah Bekasi saja. Itu belum terhitung luar daerah. Sejak itu kegiatan kursus dan pelatihan yang dilakukan di berbagai cabang terus berlanjut.  

Pada tahun 2003, Bu Betty mencoba membuka sekolah TK dan TPQ. Lalu, pada tahun 2004 mulai membuka sekolah SD. Semua dilakukan dengan niat tulus memajukan pendidikan. Namun, tentu saja ada manfaat profit yang diperoleh meskipun tidak diniatkan. Hebatnya, sekolah-sekolah itu tetap eksis hingga saat ini.

Semangat boleh membara, tapi usia juga terus menuju senja. Karena faktor umur itulah, akhirnya Bu Betty mulai mengurangi kegiatan di sekolah. Namun, asam garam pengalaman yang didapat selama ini menyisakan semangat yang terus menyala. Bu Betty tak henti membuka usaha. Kini, ia mulai merintis sebuah kedai di samping rumahnya, yang kemudian diberi nama kedai kreatif. 


Di masa krisis akibat covid 19, hampir semua sektor usaha mengalami dampaknya. Tak terkecuali usaha kedai Bu Betty. Beruntunglah ada bantuan untuk UMKM. Di antara kegiatan penopang yang paling digemarinya adalah pelatihan boga. Ia senang mencoba resep-resep baru yang didapat dari pelatihan UMKM.

Betty merasa senang dengan usaha yang digelutinya hingga saat ini. Menurutnya, ada kebahagiaan tersendiri bila kita menjalankan usaha sendiri. Sebab, kita menjalankan sesuatu berdasarkan ide dan keinginan kita sendiri. Kita bisa menciptakan suasana kerja yang enak seperti yang kita inginkan. Usaha sendiri memang menyenangkan. Namun begitu, kita harus siap bekerja keras karena pada awal-awal kita menjalaninya sendirian.

Jiwa Guru Seorang Betty

Betty memiliki dua sisi yang saling melengkapi. Ia seorang guru dan sekaligus pengusaha. Ketika ada peserta yang bertanya tentang profesi mana yang hendak dipilih bila diminta memilih salah satunya? Dengan mantap ia menyatakan akan memilih keduanya. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa. Sebab, usaha yang dirintisnya tidak jauh-jauh dari dunia pendidikan.

Sebagai seorang guru Betty patut berbangga. Pasalnya, salah seorang muridnya ketika mengajar di kelas empat SD Al Azhar Pondok Labu adalah seorang Menteri Pendidikan, Nadim Makarim. 

Pada awalnya, Betty seorang guru yang biasa. Namun, berkat tulisannya ia menjadi guru yang luar biasa. Dengan tulisan yang dibuatnya itu, ia bisa melakukan lompatan besar dengan membuka cabang-cabang pelatihan hingga menjadi pengusaha. Berkat tulisan itu pula, ia mendapat kesempatan berinteraksi dengan banyak kalangan, hingga akhirnya membuat beberapa lembaga pendidikan.

Jiwa guru yang melekat pada Betty tidak menguap begitu saja setelah menjadi pengusaha. Ia tetap beraktivitas dan mengelola sekolah-sekolah yang didirikan hingga saat ini. Di bidang literasi, kiprahnya tak bisa dipandang sebelah mata. Ia memang tidak menulis banyak buku karena terbentur kesibukan. Namun, ia telah menularkan semangat membaca pada generasi penerus dengan membuka dua TBM (Taman Baca Masyarakat).


Pribadi unik seorang guru yang juga pengusaha menjadi daya tarik tersendiri. Terbukti, banyak peserta yang bertanya seputar kiprah Bu Betty di dalam dua dunia yang dijalaninya. Apalagi di masa sekarang, peluang usaha bagi guru sangat terbuka lebar. Apa yang disampaikan Bu Betty sangat menginspirasi para peserta pada kuliah malam itu. Terima kasih, Bu Betty.



Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir













12 komentar:

  1. Resume yang mengalir dengan indah. Sedikit masukan jika berkenan akan lebih mantap jika ditambahkan tips-tips dari Bu Betty dalam membangun usaha dari kacamata seorang guru. Tabik. 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya baru berpikir tentang hal itu, Pak. Terima kasih atas masukannya.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Terima kasih, Bu. Masih terus belajar mencari karakter tulisan sendiri.

      Hapus
  3. Enak dibaca karena hampir tidak saya temukan kesalahan penulisan. Lanjut terus!

    BalasHapus
  4. Resume yang bagus, informatif dan enak dibaca

    BalasHapus