Rabu, 21 Oktober 2020

Thamrin Dahlan, YPTD, dan Mahkota Para Penulis

Senin, tanggal 19 Oktober 2020 para peserta Belajar Menulis Gelombang 16 telah bersiap-siap untuk mengikuti perkuliahan. Mereka sudah tidak sabar menunggu pukul 19.00. Pasalnya, Omjay telah mengunggah profil narasumber yang akan menyajikan materi pada edisi ketujuh ini beberapa hari sebelumnya. Peserta pun semakin tak sabar menunggu saat perkuliahan. 




Sebagai penggagas program, Omjay bertindak sebagai tuan rumah yang baik dan ramah. Setiap kelas hendak dimulai, Omjay pun menyapa dan mempersilahkan para narasumber untuk menyampaikan materinya. Berdasarkan poster yang telah diunggah, narasumber ditemani seorang moderator yang sudah tidak asing lagi, yakni Ibu Aam Nurhasanah.

Sejurus kemudian, Bu Aam memaparkan profil narasumber. nama lengkapnya Thamrin Dahlan, SKM, M.Si. Sehari-hari bekerja sebagai seorang dosen di Akper Polri. Selain itu beliau juga seorang penulis dan mengembangkan diri menjadi publisher. Sudah 30 buku yang telah diterbitkannya.

Pak Haji, begitu Omjay memanggilnya, pertama kali bertemu dengan Omjay pada saat peluncuran buku pertamanya pada tahun 2012. Saat itu, Omjay menjadi narasumber. Buku pertama Pak Haji berjudul "Bukan Orang Terkenal."

Sebagai seorang penulis yang produktif, Pak Haji tetap mengalami kendala. Yakni sulitnya menerbitkan buku. Penerbit besar belum berkenan menerbitkan bukunya. Ini bisa dimaklumi karena posisinya sebagai penulis yang belum terkenal. 

Tak ada jalan lain, sebagaimana yang dilakukan para penulis pemula, Pak Haji pun berinisiatif menerbitkan buku-bukunya secara indie. Menurut pengakuannya, hingga buku yang ke-20, selalu diterbitkan oleh Leutikaprio.com dengan membayar Rp. 1.250.000, untuk 25 eksemplar buku.

Pak Haji terbilang penulis yang sangat produktif. Hingga 10 tahun terakhir ini, tulisannya telah mencapai 2.800 artikel. Beliau mulai menulis sejak tahun 2010 selepas pensiun. Melalui aktivitas menulis itulah, ia bertemu dengan Omjay di kompasiana.com. Benarlah kata pepatah, birds flock together, orang cenderung berkumpul karena kesamaan dalam hal tertentu.

Menurutnya, seorang penulis harus memiliki niat yang kuat. Sebab, aktivitas menulis itu banyak kendalanya. Karena itu, menulis harus diniatkan untuk berbagi. Ada sebuah motto yang selalu menyemangatinya. Yaitu tiga pena. Maksudnya adalah penasehat, penakawan, dan Penasaran.

Dengan tiga pena itu, ia pun menjalani aktivitas menulisnya dengan ringan. Sebab, menulis telah diniatkan untuk berbagi kebaikan. Dengan prinsip itu pula, tulisan pun memiliki roh. Tanpa roh, maka tulisan menjadi mati. Sebaliknya, bila tulisan mempunyai roh, maka ia mampu menginspirasi para pembacanya.

Adapun tentang metode menulis, Pak Haji menerapkan metode "sekali duduk jadi." Artinya, ketika menulis harus dipastikan tulisan tersebut langsung jadi dan diposting ke sosial media. "Jangan pernah meninggalkan artikel yang sedang digarap. Selesaikan kemudian posting," kata Pak Haji kepada seluruh peserta.



Mengetahui besarnya kendala yang dihadapi penulis, terutama untuk menerbitkan tulisan dalam bentuk buku, akhirnya Pak Haji berusaha mencari solusi. Bersama dengan dua puluh orang penulis lainnya, diadakanlah pertemuan pada tanggal 19 Agustus 2020. Pertemuan itu menggagas bagaimana menerbitkan buku tanpa biaya.

Pertemuan bersejarah itu bertempat di Coffee Toffe Margonda, Depok. Hasilnya adalah bahwa YPTD siap membantu para penulis menerbitkan buku secara gratis. YPTD adalah Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan. Sejak pertama kali digagas, YPTD telah membantu menerbitkan 36 judul buku secara gratis.

Di sinilah terbukti kebenaran pepatah, di mana ada usaha di situlah ada jalan. Gagasan penerbitan buku secara gratis ini muncul karena adanya dua kendala besar para penulis, yaitu sulitnya menembus penerbit mayor. Di sisi lain, menerbitkan secara indie biayanya lumayan mahal.

Nah, mungkin para pembaca ingin tahu, siapa yang mendirikan yayasan ini? Dan dari mana sumber dananya?

Yayasan ini didirikan oleh Bundo kanduang (Almh) AKBP (P) Hj. Husna Darwis binti Hj. Dahlan, SH. Beliau adalah seorang mantan polisi wanita dan sekaligus notaris yang berkantor di Bogor. Beliau memiliki keinginan yang kuat untuk meningkatkan kegemaran membaca dan menulis masyarakat dan keluarga besar Petokayo.

Keinginan besar tersebut akhirnya diwujudkan dengan mendirikan Perpustakaan Kasidah di Jambi. Hebatnya, perpustakaan itu dibuka secara umum untuk masyarakat Tempino dan sekitarnya. 

Almarhumah Bundo Kaduang memiliki koleksi buku yang cukup banyak. Buku-buku tersebut meliputi ensiklopedi, hukum, agama, dan Majalah Intisari. Semua koleksi buku itu disimpan di Perpustakaan Husna di perumahan Taman Cimanggu, Bogor. 

Perhatian Almarhumah Uni Husna sangat besar pada kegiatan literasi. Terbukti, sebelum wafat, beliau mewasiatkan dan mewakafkan sebagian dana untuk kegiatan YPTD yang fokus pada penerbitan buku ISBN dengan gratis.

Ini semua dilakukan dalam rangka membantu para penulis. Mekanisme penerbit mayor yang cenderung sulit ditembus penulis tak terkenal menjadi kendala bagi penulis pemula. Pada sisi lain, menerbitkan secara indie memang lebih mudah, tetapi biayanya lumayan mahal. Dengan usaha yang dilakukan YPTD, kini menulis gratis bukan sesuatu yang mustahil. 

Ada beberapa pilihan paket untuk menerbitkan buku di YPTD. Pertama, program A. Dalam paket ini, penulis telah memiliki naskah buku. Penulis tinggal mengirimkannya pada email thamrindahlan@gmail.com.

Yang kedua, program B. Pada pilihan paket ini, YPTD menerbitkan buku dari para penulis yang mengunggah tulisannya di website terbitkanbukugratis.id. Setelah terkumpul 150 hingga 200 halaman, maka YPTD akan menerbitkannya menjadi buku.

Sedangkan yang ketiga adalah program C. Dalam hal ini, penulis mengunggah tulisannya di website YPTD terbitkanbukugratis.id hingga mencapai 40-50 artikel. Maka, YPTD akan menerbitkannya dalam bentuk sebuah buku. 

Nah, untuk pengiriman naskah buku via email thamrindahlan@gmail.com, ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi penulis. Naskah harus dikirim lengkap dengan judul, daftar isi, cover depan belakang, dan kata pengantar. Standar bakunya harus menggunakan kertas ukuran A5, ukuran font 12, margin 1,5/1/1/1, jenis huruf Times New Roman, spasi 1.5, dan ketebalan buku antara 150 hingga 200 halaman.

Bagi seorang penulis, semua yang terjadi di sekitarnya adalah ide yang bisa ditulis. Interaksi pengetahuan dengan fakta yang terindra memantik pikirannya dan melahirkan sebuah gagasan. Bila gagasan itu dituangkan, maka jadilah sebuah tulisan. Nah, muara dari tulisan itu adalah buku. 



Sungguh teramat sayang, bila kumpulan gagasan yang sudah tertuang dalam bentuk tulisan tidak diterbitkan. Karena itulah, kita patut mengapresiasi usaha baik YPTD. Dengan penerbitan itu, YPTD hendak memakaikan mahkota kepada para penulis. Sebab, buku adalah mahkota para penulis. Terima kasih YPTD, semoga usahamu semakin mempercepat lahirnya generasi yang lebih literat. 






Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir







 

  



 




6 komentar:

  1. bagus pak..saya juga ingin tampilan blognya lengkap gini gimana caranya..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belajar secara perlahan, Bu. step by step. Saya juga baru belajar dari Sagusablog IGI, Bu.

      Hapus
  2. Enak dibaca dan menginspirasi pembaca untuk ikut pula menerbitkan buku. Sukses terus ya...!

    BalasHapus