Minggu, 01 November 2020

Bagaimana Menyulap Resume Menjadi Buku

 Menulis secara kronologis adalah menulis dengan mengungkapkan ide berdasar urutan waktu. Mungkin tulisan ini adalah satu di antara sekian contoh menulis berdasar urutan kronologis. Meski begitu, tulisan ini tidak menampilkan sebuah deret waktu secara saklek. Karena itu, penyebutan waktu hanya ditulis sesuai kebutuhan saja agar pembaca tidak terpaku pada sekadar waktu kejadian, melainkan pada apa yang terjadi. 

Sebagai seorang yang suka mengingat kejadian dan kenangan, saya memilih menulis dengan gaya ini. Waktu adalah deretan ruang yang mesti diisi. Waktu adalah momen saat kita melakukan sesuatu. Bila tidak ditulis, mungkin saja kita tetap ingat dengan kejadiannya, tapi tidak dengan waktunya. Karena itu, dalam kondisi tertentu menulis waktu kejadian besar manfaatnya.

Baiklah, sekarang saya akan mulai menulis. Pada hari Senin, tanggal 26 Oktober 2020, jam 19.00 kelas menulis di grup whatsapp belajar menulis gelombang 16 dimulai. Seorang moderator yang sudah tidak asing lagi, yakni Bu Aam Nurhasanah membuka kelas dengan mengucapkan salam. Ia memberitahu peserta bahwa Omjay yang biasa mengantarkan acara tidak bisa membuka perkuliahan malam itu. 

Tak seberapa lama, Mr. Bam menginterupsi. Ia minta ijin pada sang moderator untuk mengunci ruang kelas. Rupanya, Bu Aam lupa menutup pintu. "Maaf Bu moderator saya ijin kunci grup agar lebih nyaman untuk narasumber," ujar Mr. Bams mengajukan alasannya.

Menyadari apa yang terjadi, Bu Aam hanya mengucapkan terima kasih sambil tertawa kecil. Selanjutnya, sebelum menyerahkan forum pada narasumber, moderator menyampaikan aturan main perkuliahan. Kelas dibagi menjadi sesi penyampaian materi dan pertanyaan. 

Malam ini, narasumbernya adalah Raimundus Brian Prasetiawan. Teman-teman memanggilnya Pak Brian. Profil lengkapnya bisa dilihat di http://www.praszetyawan.com/profil.html. Nah, bila sudah membaca profilnya, yuk langsung pada materi yang disampaikan. 

Materi malam ini akan mengupas seputar langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan kumpulan resume menjadi buku. Seperti dalam diskusi sehari sebelumnya, banyak peserta yang bertanya-tanya tentang bagaimana kelanjutan proses penerbitan buku bila 20 resume sudah rampung? Akankah buku itu diterbitkan sendiri atau di penerbit yang telah ditentukan panitia? Lalu bagaimana menyusun kumpulan resume dalam format buku?

Sebelum membahas semua pertanyaan tersebut, pemateri masih ingin berbagi tentang asal muasal perjalanannya dalam menulis buku. Kisah lengkapnya bisa disimak pada tautan https://www.liputan6.com/citizen6/read/782602/resolusi-2014-mencipta-buku-setahun-satu. Jadi, dari tulisan itu bisa diketahui keinginan besar pemateri untuk menerbitkan buku.

Resolusinya tidak jauh-jauh amat dari dunia tulis menulis. Ada keinginan untuk meningkatkan pencapaian di tahun sebelumnya, yaitu menulis dan diterbitkan oleh harian umum. Keinginan ini tentu berangkat dari keberhasilannya dalam menulis dan telah dimuat media olah raga. Keinginan lainnya adalah menerbitkan buku. Dari tahun ke tahun, ini hanya menjadi resolusi dan belum pernah terealisasi.

Kendala yang dihadapi, yang menyebabkan tak terealisasinya keinginan membuat buku itu adalah karena ketiadaan mentor. Ia tidak tahu, bagaimana langkahnya dan harus masuk ke komunitas apa agar keinginan menerbitkan buku itu segera tercapai. Satu-satunya tempat yang ia tahu adalah nulisbuku.com. Hanya saja, di sana tidak semuanya gratis. Pengurusan ISBN dan desain cover harus berbayar.

Bila dihitung, jumlah biaya minimal adalah satu juta. Tentu itu uang yang cukup besar bagi seorang mahasiswa. Sementara itu, ia juga tidak tahu tempat lain untuk menerbitkan buku secara self-publishing. Karena itu, Brian hanya menumpuk file naskahnya di dalam laptop kesayangannya selama bertahun-tahun.

Secara tidak sengaja, pada tahun 2019 Brian menemukan sebuah hashtag di instagram tentang penerbit Indie. Semangatnya mulai menguat. Pasalnya, dari hashtag itu ia mulai menyadari perubahan besar dalam dunia penerbitan. Ya, saat ini penerbitan buku lebih mudah. Banyak pilihan untuk menerbitkan buku dengan menjamurnya penerbit Indie.

Ia pun mulai bersemangat menyelesaikan naskah bukunya. Hingga akhirnya, pada bulan Oktober tahun 2020, ia pun mengirimkan buku pertamanya pada sebuah penerbit Indie. Buku pertama itu berjudul Blog Untuk Guru Era 4.0. Setelah terbitnya buku pertama itu, barulah ia bertemu dengan grup Belajar Menulis Gelombang 4. 


Semenjak bertemu dengan grup menulis, Brian merasa sangat senang. Hingga pada bulan Mei dan Juni 2020 secara berturut-turut ia berhasil menelurkan buku Solo. Buku yang kedua berjudul Aksi Literasi Guru Masa Kini, terbit pada Mei 2020. Sedangkan Buku yang ketiga berjudul Menerjang Tantangan Menulis Setiap Hari, terbit pada Juni 2020.



Itulah kisah seorang Brian. Lantas, bagaimana dengan peserta pada gelombang 16? Menurutnya, para peserta sangat beruntung. Sebab, mereka tinggal memilih hendak menerbitkan bukunya di mana. Selain itu, mereka juga mendapat bimbingan. Yang menjadi catatan adalah pelatihan ini tidak menentukan atau memaksakan para peserta untuk menerbitkan di penerbit tertentu.



Berdasarkan pertemuan sebelumnya, sudah ada dua pilihan penerbit dari dua pemateri yang pernah mengisi di grup ini. Yaitu penerbit Kamila Prsess milik Cak Inin dan YPTD asuhan Pak Thamrin Dahlan. Masing-masing penerbit telah menjelaskan persyaratan dan ketentuan naskahnya. 

Selain dua penerbit itu, rupanya Pak Brian juga menjalin kerja sama dengan sebuah usaha penerbitan. Jadi, malam ini peserta dipersilakan untuk menentukan sendiri ke manakah bukunya nanti akan diterbitkan. Yang perlu dilakukan peserta adalah memahami ketentuan dari masing-masing penerbit sehingga dapat memilih yang menurutnya paling cocok.

Adapun format naskah buku sama sekali tidak ditentukan oleh pelatihan atau grup ini. Yang menentukan formatnya adalah penerbit yang menjadi tujuan dari masing-masing peserta. Maka, peserta hendaknya menyesuaikan diri dengan aturan yang telah ditetapkan penerbit tujuan.

Berikut adalah aturan penerbitan buku melalui rekanan Pak Brian. Pertama, kedua puluh tulisan resume digabungkan dalam satu file ms word. Settingan file harus mengikuti ketentuan. ukuran kertas A5 (14x20), huruf Times New Roman, ukuran 12, Spasi 1.5, margin 2222, paragraf rata kiri-kanan (justify).

Kedua, masukkanlah kelengkapan naskah ke dalam file naskah buku kumpulan resume. Kelengkapan naskah itu antara lain adalah cover (judul buku dan nama penulis saja), kata pengantar, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, sinopsis (tiga paragraf. masing-masing paragraf hanya tiga kalimat).

Bila telah terkumpul, susunlah file tersebut dengan urutan sebagai berikut. Cover, kata pengantar, daftar isi, isi naskah, profil penulis, dan sinopsis. Semuanya disusun dalam satu file.

Selanjutnya bila sudah siap, kirimkanlah ke WA Pak Brian. Dalam hal ini tidak ada batasan jumlah halaman. Bahkan, bila buku kita hanya setebal 30 halaman A5 pun tetap akan diterbitkan. Karena itu, peserta memang tak perlu ragu dengan hasil resumenya. 

Adapun biayanya adalah Rp. 300.000,. Fasilitas yang didapat adalah desain cover, ISBN, layout, edit ringan, dua buku bukti terbit, dan e-sertifikat.

Demikianlah sesi penyampaian materi. Selanjutnya forum berlanjut dengan tanya jawab. Pada sesi tanya jawab, ada banyak pertanyaan dari peserta. Semua pertanyaan dijawab tuntas tanpa sisa. Hingga akhirnya, sampailah pada penghujung acara. 

Narasumber menutup dengan sebuah closing statement. Bahwa di masa sekarang menerbitkan buku itu semakin mudah. Tulisan apapun bisa diterbitkan. Apalagi peserta telah berada di tempat yang tepat. Dengan begitu maka akan  semakin mudah untuk menulis dan menerbitkan buku. Jangan berpuas diri dengan hanya satu buku. Rancanglah buku kedua, ketiga, dan seterusnya. 



Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir










2 komentar:

  1. Sukses Pak Badrul, punya gaya sendiri, tetap konsisten pak, tinggal dioermanis lagi.

    BalasHapus