Kamis, 05 November 2020

Menulis Buku yang Diterima Penerbit

Judul resume ini sengaja kujiplak bulat-bulat dari judul materi yang disampaikan narasumber. Alasannya, judul ini sangat memikat. Sebagai seorang penulis, siapa sih yang tidak mau naskahnya diterima penerbit? Mungkin hanya orang yang tidak punya naskah. Kalau begitu ya maklum. Orang yang tidak punya naskah tak akan pernah mengharapkan penerimaan penerbit. Wong naskahnya memang tidak ada. Ya, enggak?



Nah, malam ini luar biasa. Pemateri yang dihadirkan adalah seorang direktur sebuah penerbit mayor. Namanya Joko Irawan Mumpuni. Direktur Penerbitan Penerbit Andi ini, menjadi pemateri yang ketiga belas di grup whatsapp Belajar Menulis Gelombang 16. Kali ini, pemateri mengisi pada hari Senin, tanggal 2 November 2020, pukul 19.00.

Mengapa pemateri memilihkan judul seperti di atas? Ternyata, Pak Joko telah melihat potensi para peserta yang notabene adalah para guru. Menurutnya, para guru yang tergabung sebagai peserta di pelatihan menulis ini sudah mumpuni dalam menulis. Namun, karena kurang gaul maka mereka tidak tahu naskah yang seperti apa yang diinginkan penerbit. Nah, karena itu perlu memahami selera penerbit.

Baiklah sahabat pembaca sekalian, sebelum kita lanjutkan mari mengenal lebih jauh siapa sesungguhnya Pak Joko Mumpuni. Ia pertama kali belajar menulis sejak kelas satu SD. Ia sangat hormat kepada gurunya di SD karena dari beliaulah ia mendapatkan ilmu tentang menulis. Karena itu, Pak Joko merasa kurang enak hati bila disebut sesi malam ini sebagai sebuah pembelajaran di mana ia mengajar para guru. Ia lebih senang menyebut sesi malam ini sebagai aktivitas berbagai bersama para  guru.


Adapun perjalanan karir Pak Joko, sekilas bisa kita baca dari slide yang ditayangkannya. Selain menjadi direktur penerbitan penerbit Andi, ia juga menjadi direktur program Andi Academy. Di samping itu, ia juga menjabat sebagai ketua I IKAPI DIY. Ia merupakan seorang penulis buku yang sudah bersertifikat BNSP yang sekaligus menjadi asesor di lemabag tersebut.

Memahami Produk Buku di Pasar
Sebelum terlalu jauh berbicara tentang buku, kita perlu memahami produk buku yang ada di pasar. Hal ini penting. Sebab, sebagai seorang penulis kita perlu paham betul kelompok buku apa yang akan kita tulis. Pada umunya, kelompok buku di seluruh dunia telah lazim digambar seperti sirip ikan. Ada dua kelompok besar buku, yaitu buku teks dan buku  non teks.



Buku teks adalah buku yang digunakan dalam proses pembelajaran mulai jenjang SD hingga perguruan tinggi. Sedangkan non teks adalah buku yang tidak selalu digunakan dalam pembelajaran. Buku teks yang berupa buku pelajaran adalah buku-buku yang dibutuhkan siswa mulai tingkat PAUD, TK, SD, SMP, hingga SMK dan SMA. 

Sedangkan buku teks perguruan tinggi memiliki varian yang lebih banyak dibanding dengan buku teks pelajaran. Ini wajar saja, sebab perguruan tinggi memiliki disiplin ilmu yang sangat banyak. Sehingga hal ini juga membutuhkan buku-buku yang sesuai dengan bidang-bidang itu. Pada prinsipnya, buku teks perguruan tinggi terdiri dari dua macam. Yaitu buku eksak dan buku non eksak. 

Adapun kelompok buku non teks dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu buku fiksi dan buku non fiksi. Contoh buku fiksi misalnya novel, kumpulan cerpen, dan kumpulan puisi, Sedangkan buku non fiksi misalnya buku anak, aktivitas anak, pengetahuan umum, dan sejenisnya. 

Strategi Penerbitan Buku
Dilihat dari jumlah penulisnya, buku bisa saja ditulis oleh satu orang penulis. Buku juga bisa ditulis oleh lebih dari satu penulis. Bila lebih dari satu penulis, buku bisa ditulis oleh dua, tiga, empat bahkan puluhan penulis. Semua itu bukan menjadi masalah. Semua pihak dalam dunia penerbitan buku sudah memakluminya.

Bahkan, penerbit sering kali melakukan kerja sama dengan banyak lembaga untuk menerbitkan sebuah buku yang ditulis oleh banyak orang dari lembaga-lembaga tersebut. Hal seperti ini sangat disukai penerbit. Alasannya, dengan banyaknya penulis dari lembaga-lembaga itu maka dipastikan buku itu akan terjual dengan baik. 

Di sinilah terbentuk pasar yang potensial dari masing-masing lembaga tersebut. Jadi, pasar buku itu sudah bisa dijamin. Buku pasti akan dibeli minimal oleh anggota lembaga-lembaga yang mendukung terbitnya buku tersebut.

Ada juga buku yang diterbitkan atas kerja sama penerbit dengan kampus. Akan ada dua logo di dalam buku seperti itu. Yaitu logo penerbit dan logo kampus yang bersangkutan. Dengan kerja sama semacam ini, buku itu akan beredar luas di seluruh Indonesia, terutama di kampus yang bersangkutan. Buku seperti itu dijamin akan terjual setiap tahunnya.

Sebagai contoh, penerbit Andi mengadakan kerja sama dengan kampus UGM. Ada lebih dari dua puluh guru besar yang terlibat dalam penulisan buku tersebut. Inilah yang disebut sebagai buku calling chapter. Maksudnya, masing-masing penulis menulis satu bab dari buku itu. Dalam buku seperti ini, ada seorang editor content yang menentukan batang tubuh dan isi buku. Buku seperti ini akan cepat terbit bila masing-masing kontributor saling mengingatkan bagiannya. 


Membulatkan Tekad Menulis
Bila dicermati, kemampuan masing-masing orang dalam menulis berbeda-beda. Secara gradasi ada orang yang berada di titik paling rendah, yaitu orang-orang yang tidak memiliki keinginan untuk menulis. Ada juga orang yang mau tapi belum bisa. Ada orang yang sedang belajar dan ingin menulis. Ada orang yang sudah bisa menulis. Menurut narasumber, para peserta pelatihan ini adalah para guru yang pasti sudah bisa menulis. Hanya saja, tinggal membuat komitmen untuk terus menulis.

Berbicara tentang penerbitan buku, banyak lembaga dan stakeholder yang terlibat. Karena itu, sesungguhnya peran penulis sangatlah vital dan menentukan. Penulis adalah orang yang paling mulia. Sebab, begitu tulisannya berhasil diterbitkan, maka banyak pihak yang merasakan manfaatnya. Banyak pihak yang kemudian tergerak roda ekonominya, mulai hulu hingga hilir. Karena itu, penulis hendaknya berusaha untuk menerbitkan bukunya di penerbit mayor. 

Harus diakui, tingkat literasi bangsa Indonesia sangat rendah. Bahkan kita kalah dengan Vietnam. Pengaruhnya tentu sangat buruk pada dunia penerbitan kita. Penyebabnya karena budaya baca dan menulis yang rendah. Karena itu, perlu kita tumbuhkan budaya literasi kita. Budayakan membaca. Gunakan waktu senggang untuk membaca. Lalu, jangan enggan untuk menulis.

Kemampuan menulis sesungguhnya bisa dipupuk dengan kebiasaan menulis. Banyak orang yang sudah pandai bercerita tetapi kesulitan dalam menulis. Padahal secara logika, orang yang pandai bercerita mestinya tidak ada kesulitan untuk menulis. Mengapa? Karena bahannya sudah ada dan tinggal dituliskan. Lalu mengapa kesulitan dalam menulis? Tak lain karena tidak biasa menulis. Karena itu, biasakanlah untuk menulis dan bangunlah komitmen untuk terus menulis.

Mengirim Karya Ke Penerbit
Bila tulisan telah selesai, berarti kita telah punya naskah. Selanjutnya jangan segan untuk mengirim naskah itu kepada penerbit. Jangan disimpan di laptop saja. Penerbit akan mempelajari kemungkinan penerbitannya. Penerbit tidak menghakimi naskah, tetapi mempelajari kemungkinan penerbitannya. Selanjutnya, hanya ada dua kemungkinan jawaban dari penerbit, yaitu diterima atau ditolak. 

Bila naskah itu dinyatakan diterima, maka penerbit akan menyediakan biaya atas penerbitan buku itu, termasuk di dalamnya adalah royalti terhadap penulis. Royalti akan diberikan berdasarkan kebijakan masing-masing penerbit. 

Setelah dinyatakan diterima, penerbit akan memberitahu secara remi bahwa naskah itu akan diterbitkan. Sehingga penerbit akan meminta dikirimi naskah utuh. Lalu dibuatlah penandatanganan penerbitan. Selanjutnya penerbit akan mengedit, membuat desain cover, dan setting isinya. Di peneribit Andi sendiri ada enam puluh editor. Sehingga naskah tak pernah ditolak karena alasan editorial. 

Sebelum naskah dicetak secara masif, penulis akan dikirimi dummy. Dummy adalah naskah yang sudah jadi buku, tetapi belum dicetak secara masif. Tugas penulis adalah mengoreksi buku dummy itu. Setelah selesai mengoreksi, maka penulis harus segera mengembalikannya kepada penerbit agar segera bisa dicetak secara masif.

Bagaimana Memilih Penerbit yang Baik?
Penulis harus memilih penerbit yang baik. Kriteria penerbit yang baik tak ada hubungannya dengan status sebagai penerbit mayor atau minor. Jadi, apakah kriteria untuk menentukan penerbitan yang baik? Pertama, penerbit itu memiliki visi dan misi yang jelas. Misalnya, penerbit Andi memiliki visi dan misi untuk menerbitkan buku-buku pendidikan. 

Kedua, memiliki bussiness core lini produk tertentu yang kuat. Ketiga, pengalaman penerbit. Keempat, memiliki jaringan pemasaran yang luas. Misalnya, ia terbit secara nasional atau internasional. Kelima, memiliki percetakan sendiri. Keenam, berani mencetak dalam jumlah eksemplar yang besar. Penulis jangan terjebak pada royalti yang besar, tetapi utamakanlah jumlah eksemplarnya. Terakhir, pilihlah penerbit yang jujur dalam memberikan royalti. 

Dari sisi penerbit sendiri, ada beberapa kriteria yang mereka gunakan untuk menentukan layak tidaknya suatu naskah untuk diterbitkan. Di antaranya adalah sisi editorial sebesar 10 persen. Lalu, aspek peluang potensi pasar  sebesar 50 hingga 100 persen. Inilah bobot yang paling besar. Keilmuan penulis memiliki bobot 30 persen. Jadi jangan pernah minder untuk menulis meskipun kita bukan seorang profesor. Kriteria yang lain adalah reputasi penulis sebesar 10 hingga 100 persen. 

Apa yang Didapat Penulis?
Bila penulis telah berhasil menerbitkan bukunya, ada beberapa manfaat yang akan ia dapatkan. Pertama, kepuasan batin. Tak bisa dibayangkan bila nama kita terpampang di toko-toko buku, atau bertengger di search engine google. Kedua, meningkatkan reputasi. Biasanya setelah berhasil terbit di penerbit mayor, maka penulis menjadi terkenal. Maka ia akan diundang kemana-mana. Itulah reputasi. Maka, manfaat yang ketiga adalah terdongkraknya karir. Adapun yang keempat tentu saja mendapat royalti dari penerbit. 

Naskah yang Diterima Penerbit
Untuk lebih mudah memahami naskah yang disukai penerbit, kita perlu meletakkannya pada empat kuadran. Kuadran pertama, Tema tidak populer tetapi penulis populer, maka naskahnya akan diterima. Sebab, dalam hal ini ada pertimbangan pasar. Orang yang terkenal pasti banyak pengagumnya. Sehingga kemungkinan besarnya buku itu akan laku. 

Kuadran kedua, tema populer dan penulisnya populer. Inilah yang disukai penerbit. Kuadran ketiga, tema populer tetapi penulis tidak populer, naskah seperti ini tetap bisa diterbitkan. Maka, kita perlu strategi untuk menulis. Carilah tema-tema populer bila kita bukan seorang penulis yang populer. 

Kuadran keempat, adalah tema tak populer sedangkan penulisnya juga tak populer. Dalam hal ini penerbit tidak akan menerbitkannya. Pasalnya, secara rasional dan perhitungan pasar, buku dengan model ini tak akan menjanjikan. Maka wajarlah bila penerbit mayor tak akan meliriknya.

Nah, lantas bagaimana cara untuk menentukan tema yang sedang populer? Ternyata mudah. Kita bisa menggunakan google trends. Dari aplikasi ini, kita akan mengetahui dan bisa mendeteksi tema-tema yang menarik dan sedang ngetren

Amatilah pola-pola statistik yang ada pada google trend. Bila polanya selalu ada, maka akan diterima penerbit. Artinya, ada peluang buku seperti itu laku setiap tahun. Dalam hal ini, biasanya buku-buku yang digunakan sebagai buku  kuliah tertentu akan selalu dibutuhkan setiap tahun ajaran baru. Maka penerbit tidak akan enggan menerbitkannya.



Kelebihan google trend yang lainnya adalah kita bisa mengetahui di daerah mana tema-tema tertentu sangat diminati. Dengan demikian, penerbit akan langsung bisa menetapkan target pemasaran pada daerah-daerah yang sangat membutuhkan buku dengan tema terkait.

Demikianlah perkuliahan malam ini. Tema yang sangat membuka wawasan bagi para penulis. Terima kasih, Pak Joko atas ilmunya malam ini. 




Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir




















6 komentar:

  1. Komentator pertama. Sudah sesuai dengan isi materi pak. Mungkin bisa lebih dieksplorasi untuk penulisan dengan gaya sendiri. Pelan-pelan saja. Terima kasih.

    BalasHapus
  2. Resumenya gaya jurnalis , lengkap informatif

    BalasHapus