Sabtu, 14 November 2020

Strategi Penerbit Menghadapi Dampak Covid

Saya merasa beruntung bergabung dengan Kelas Belajar Menulis Gelombang 16. Pasalnya, selain pelatihannya tanpa biaya, pematerinya juga orang-orang yang luar biasa. Mereka adalah para penulis yang sudah menghasilkan buku. Bahkan, beberapa hari terakhir dari penerbit mayor, Penerbit Andi dari Yogyakarta. 

Malam ini, narasumber dari Penerbit Andi kembali berkenan menyampaikan materi. Namanya adalah Agustinus Subardana. Jabatannya saat ini sebagai Direktur Pemasaran Penerbit Andi. Adapun moderator malam ini adalah ketua kelas, yaitu Pak Rizki Kurnia Rahman. 




Hari ini, Jumat tanggal 6 November 2020, pukul 19.00, kuliah dimulai. Setelah Bu Aam memperkenalkan pemateri dan sekaligus moderator yang kebetulan ini merupakan debut pertamanya di perkuliahan, Pak Rizki pun membuka forum dengan membaca basmalah.

Sehari-hari Pak Rizki mengajar Bahasa Indonesia di kelas VII SMP dan kelas XI SMA di Al Wahdah, Bombana, Sulawesi Tenggara. Meski menetap di Sulawesi, ia berasal dari Jawa Tengah. 

Setelah dipersilakan, akhirnya Pak Agus memulai materi. Judul materinya adalah "Strategi Pemasaran Buku Saat Pandemi Covid 19".  Teknis penyampaian materi dilakukan dengan memadukan audio berupa voice note dengan teks. Berikut hal-hal yang disampaikan.

Buku Sebagai Sumber Pengetahuan
Harus disadari bahwa buku merupakan salah satu sumber belajar. Untuk mendapat ilmu pengetahuan kita sangat membutuhkan buku. Begitu pula, untuk belajar kita membutuhkan buku. Karena itu, kebutuhan terhadap buku akan selalu ada, setidaknya di institusi pendidikan. Setiap jenjang pendidikan, mulai PAUD hingga Perguruan tinggi membutuhkan  buku.

Di luar lembaga pendidikan, secara alami masyarakat juga membutuhkan buku. Akan sangat baik bagi perkembangan pengetahuan seseorang bila sejak kecil dikenalkan pada buku. Orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk mengenalkan buku pada anak-anaknya sejak usia dini. Sehingga, dengan buku mereka akan mendapatkan sumber pengetahuan yang melimpah.

Tentu saja kebutuhan terhadap buku akan semakin tinggi bila budaya membaca semakin baik. Dalam hal ini, perlu dukungan dari semua pihak agar budaya membaca meningkat. Peningkatan budaya membaca pada gilirannya akan menciptakan budaya menulis. Dengan demikian, masa depan perbukuan akan semakin cerah. Pasalnya, buku telah menjadi kebutuhan di tengah-tengah masyarakat. Ini akan menciptakan peluang usaha dalam bidang penerbitan buku.

Pada kenyataannya, industri buku terus berkembang. Hal ini dipicu oleh faktor keuntungan yang cukup besar. Usaha perbukuan menjanjikan keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan industri lain, khususnya usaha barang-barang konsumsi. Tercatat hingga saat ini yang telah menjadi anggota IKAPI sebanyak 1.328 penerbit. Dari jumlah tersebut, yang masih aktif sebanyak 711 penerbit. Sedangkan sisanya sudah tidak aktif lagi.

Dampak Covid pada Usaha Penerbitan
Musibah biasanya datang secara tak terduga. Pada awal bulan Maret 2020, semua negara terkena serangan pandemi covid 19. Akibatnya, banyak pelaku usaha yang mengalami kesulitan. Ini tentu saja berdampak pada kehidupan masyarakat. Ekonomi pun semakin terasa berat. Banyak kegiatan usaha yang mengalami dampaknya, tak terkecuali usaha penerbitan buku.

Secara umum, usaha penerbitan mengalami kesulitan, seperti menurunnya pendapatan dan terganggunya kegiatan usaha. Ini bisa terjadi karena:
1) banyak toko buku yang tutup selama berlangsungnya covid 19, terutama sepanjang bulan Maret hingga Mei 2020
2) minimnya pengunjung yang datang ke toko buku karena takut tertular covid 19
3) penurunan omset pemasukan yang mencapai 60 sampai 90%
4) selama covid 19 usaha penerbitan buku mengurangi jumlah buku yang terbit 
5) beberapa penerbit gulung tikar sehingga tidak lagi berproduksi
6) penjualan buku secara direct selling, dengan cara mendatangi langsung sekolah atau perguruan tinggi untuk menawarkan buku, tidak bisa dilakukan secara maksimal
7) semua konsumen dan pelanggan buku, baik masyarakat umum maupun instansi mengurangi pembelian buku karena anggarannya dialihkan untuk membeli alat-alat kesehatan untuk menghadapi covid.

Gramedia, sebagai  toko buku yang memiliki jaringan yang luas di seluruh kota-kota besar, juga tidak luput dari dampak covid. Sejak Maret hingga Juni 2020, neraca penjualannya mengalami penurunan yang sangat drastis. Titik terendahnya terjadi pada bulan April. Sejak bulan Juni, Gramedia mulai mengalami peningkatan penjualan meskipun tidak signifikan. Ini terjadi karena para pelanggan masih banyak yang khawatir tertular covid 19.




Startegi Pemasaran Buku Menghadapi Covid 19
Pelaku usaha tidak tinggal diam dalam menghadapi covid 19. Mereka mencari solusi dengan membuat strategi pemasaran. Untuk usaha penerbitan, strategi yang digunakan cukup unik. Pasalnya, buku memiliki jenis atau kategori. Sebagai contoh, penerbit Andi menerbitkan cukup banyak kategori buku. Bila dihitung  mencapai 32 kategori produk. Misalnya ada buku anak, buku bisnis, buku pertanian, buku fiksi, buku pengembangan diri, buku teks, dan sebagainya.

Dari kategori itu, penerbit kemudian melakukan pemetaan. Pemetaan dilakukan berdasarkan segmentasi jenis produk. Selain itu, penerbit juga perlu melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan dunia penerbitan. Mereka adalah pelaku bisnis yang berkaitan dengan buku. Dengan demikian, strategi pemasaran pada umunya dipengaruhi oleh faktor berikut.
1) Faktor mikro. Ini meliputi perantara, pemasok, pesaing, dan masyarakat.
2) Faktor makro. Ini mencakup demografi, ekonomi, politik, hukum, teknologi fisik, dan sosial budaya.

Sejauh ini penerbit Andi telah menerbitkan buku lebih dari 15.000 judul dengan 32 kategori. Penerbit Andi Offset telah bagian dari industri penerbitan buku. Usianya telah mencapai empat puluh tahun. Lebih jauh tentang penerbit Andi bisa dilihat melalui websitenya, www.andipublisher.com

Dengan mempertimbangkan faktor makro dan mikro di atas, Penerbit Andi menetapkan dua strategi pemasaran, yaitu pemasaran secara online dan offline. 

Strategi Online
Penerbit menyadari adanya transformasi digital. Maka, langkah yang diambil adalah dengan menggunakan digital marketing. Di antara manfaatnya adalah biayanya relatif murah, daya jangkaunya yang sangat  luas, mudahnya menentukan target pasar buku sesuai kategori, lebih mudahnya komunikasi dengan konsumen, lebih cepatnya populer, dan sangat membantu meningkatkan penjualan serta  mudah dievaluasi dan dikembangkan

Dengan demikian, maka langkah praktisnya adalah dengan melakukan promosi secara online. Penjualan pun juga bisa dilakukan secara online. Maka, dengan jumlah produk yang cukup banyak dan terdiri dari banyak kategori, langkah yang diambil adalah dengan membuat sebuah website. Di dalam website itu penerbit memajang semua produk buku yang diterbitkan berikut dengan harganya. Tak kalah pentingnya, penerbit juga melakukan promosi melalui media sosial. 

Penerbit terus melakukan langkah-langkah proaktif dalam berpromosi secara online untuk mendapatkan target berikut ini.
1) Menyebarkan informasi produk secara masif kepada target pasar potensial.
2) Mendapatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah ada dengan menjaga kesetiaan mereka.
3)  Menjaga kestabilan penjualan saat kondisi pasar sedang lesu.
4) Menaikkan penjualan dan keuntungan.
5) Membandingkan keunggulan produk dengan produk pesaing.
6) Membangun citra produk di dalam benak konsumen.
7) Mempengaruhi dan mengubah minat, persepsi dan pendapat konsumen dari yang sebelumnya enggan menjadi mau membeli. 

Penerbit Andi Offset memiliki 20 orang tenaga pemasaran yang bergerak di dunia maya. Tidak hanya melalui media sosial semacam facebook, whatsapp, telegram, youtube, dan semacamnya, Andi Offset juga menjangkau konsumen melalui marketplace yang telah ditunjuk oleh Kemdikbud, yaitu blanja.com dan blibli.com

Marketplace yang ditunjuk pemerintah menggunakan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah) untuk mendukung Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) di sekolah melalui penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) reguler.

Pemasaran secara online juga memanfaatkan jaringan komunitas. Model pemasaran ini dirasa efektif dan efisien karena tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Penerbit Andi terus melakukan aktivitas pemasaran melalui komunitas dengan mengadakan webinar melaui zoom atau live youtube via Andi TV dengan tema-tema yang menarik.

Strategi Offline
Dalam hal ini penerbit melakukan pemetaan wilayah dengan membuka kantor cabang di setiap kota besar yang potensi pasarnya menjanjikan. Penerbit Andi telah memiliki 42 cabang di kota-kota mulai Aceh hingga Papua. Di setiap kantor cabang terdapat tenaga pemasaran yang siap mengeksekusi penjualan buku. 

Berdasarkan target pasar, strategi pemasaran secara offline ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1)  Toko Buku
Para penerbit yang memiliki percetakan dan memproduksi sendiri buku-bukunya, sebagian besar memasok bukunya ke toko buku. Untuk itu, para penerbit memetakan toko buku berdasarkan jenisnya. Ada tiga jenis toko buku, yaitu toko buku modern, semi modern, dan tradisional.

Pemetaan ini dilakukan karena setiap toko buku memiliki tata administrasi dan tempat yang berbeda. Toko buku modern misalnya, ia memiliki sistem transaksi mengikuti perkembangan  teknologi sehingga dapat dikendalikan secara sentralistik. Contoh toko buku jenis ini adalah Gramedia Bookstore, Gunung Agung Bookstore, dan Toga Mas Bookstore.

Adapun toko buku semi modern biasanya masih menggunakan sistem administrasi penjualan per toko. Pengendaliannya tidak sentralistik sebagaimana toko modern. Sedangkan toko buku tradisional sistem penjualannya masih bersifat manual. 

Untuk toko buku modern dan semi modern, penerbit bekerja sama dengan menggunakan sistem titip jual/konsinyasi.  Ini berbeda dengan toko buku tradisional yang kerja samanya dengan sistem jual putus atau kredit.

Tidak berhenti hanya melakukan kerja sama dengan toko buku, penerbit juga menerapkan strategi khusus pada masing-masing toko buku. Pada toko modern, ada beberapa kiat dilakukan penerbit. Pertama, menguasai display buku. Ini bertujuan untuk membuat tampilan buku menarik sehingga memancing minat pengunjung untuk membeli. 

Kedua, dengan cara melakukan promosi di internal toko dengan memasang promo produk di new books, banner, dan media promo lainnya yang ada di toko, misalnya menggunakan sound/audio dengan langsung mengumumkan kepada para pengunjung. 

Ketiga, dengan melakukan bedah buku. Ini berlaku pada buku baru. Bentuknya berupa talk show dengan memberikan potongan harga pada buku tersebut. Keempat, dengan mengadakan event tematik sesuai dengan momen yang sedang berlangsung, contohnya event bulan Ramadhan, program tahun ajaran baru, tahun ajaran mahasiswa baru, program tentang tanaman, perpajakan, dan sebagainya.

Kelima, melakukan komunikasi secara proaktif dengan pihak internal toko buku modern tersebut. Ini bisa berupa ide terkait layanan toko, misalnya dengan senyum, sapa, dan menanyakan buku yang hendak dibeli. Tentu saja pelayanan harus betul-betul memuaskan pelanggan, bukan malah membuat mereka tidak nyaman. 

Selain strategi di atas, tak kalah pentingnya juga senantiasa melakukan kontrol terhadap stok buku best seller atau buku lain yang telah menipis. Bila terjadi ketersediaan buku mulai menyusut, maka penerbit segera menawarkan agar toko melakukan  repeat order dan mengirimnya sesegera mungkin pada toko tersebut. Begitu pula dengan buku-buku yang penjualannya tinggi, penerbit juga perlu segera menambah stok untuk buku tersebut.

2) Direct selling
Penerapan strategi ini dengan cara memetakan jenis buku yang hendak ditawarkan. Untuk jenis buku tertentu pasti telah memiliki target pasar tertentu pula. Dalam hal ini penerbit telah memiliki tenaga pemasaran yang siap diterjunkan ke masing-masing target. 

Buku-buku yang bisa dipasarkan secara direct selling ini biasanya adalah buku pendidikan, berupa buku mata pelajaran dan buku pendamping mulai jenjang SD hingga SMA dan SMK. Buku Perguruan tinggi juga termasuk dalam kategori ini. 

Maka, semua buku perguruan tinggi untuk semua mata kuliah bisa dipasarkan secara direct selling. Begitu pula dengan buku referensi. Buku jenis ini diperuntukkan bagi semua jenjang pendidikan, mulai SD hingga perguruan tinggi dan juga masyarakat umum. 

Direct selling atau penjualan langsung ini dilakukan dengan cara menemui semua pengambil kebijakan. Bila itu sekolah maka menemui kepala sekolah. Bila itu perguruan tinggi maka menemui dosen, kaprodi, dekan, LPPM, para rektor, dan semua pemangku kepentingan. Tenaga pemasaran juga bisa mengunjungi setiap instansi yang memiliki perpustakaan.

3) Mengadakan event tertentu.

Strategi lainnya adalah dengan melaksanakan event-event seperti pameran buku, seminar, workshop, tryout, dan sebagainya.

Demikianlah materi yang disampaikan Pak Agus. Sebagai pimpinan yang menangani divisi pemasaran, Pak Agus merasa bangga telah menjadi ujung tombak dalam menyebarluaskan karya yang dapat mencerdaskan generasi bangsa.


Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir


2 komentar:

  1. Resumenya lengkap, mantaap..
    Ayo ngebut resume berikutnya..

    BalasHapus
  2. Iya, ini masih banyak tanggungan tugas Bu. Terima kasih nggih.

    BalasHapus