Sabtu, 07 November 2020

Step by Step Menerbitkan Buku

Rabu, tanggal 4 November 2020, Omjay belum bisa menyapa peserta. Semoga Omjay segera pulih kembali sehingga bisa beraktivitas sebagaimana biasa. Ihwal mengenai Omjay yang masih harus istirahat disampaikan oleh Bu Aam Nurhasanah yang mengambil alih kendali kelas dan menyapa penghuni grup whatsapp Belajar Menulis Gelombang 16.

Informasi dari Bu Aam, malam ini yang akan menyampaikan materi adalah seorang narasumber hebat dari penerbit Andi. Namanya adalah Edy S. Mulyanta. Jabatan di penerbit Andi sebagai Manajer Operasional. Beliau telah memiliki jam terbang selama dua puluh tahun di bidang yang ditekuninya.


Sebagai seorang Manajer Operasional, Pak Edi mendapat tugas mengamati trend konten buku yang beredar di pasaran. Selain itu, ia harus memberikan resume tentang tema apa yang sedang menarik pasar pada saat itu. Tugas selanjutnya adalah memetakan pesaing dan target penulis yang menjadi sasaran. 

Ringkasnya, setelah berhasil mendapatkan resume, langkah berikutnya adalah mencari prospek penulis yang mempunyai kemampuan yang dituntut oleh trend yang sedang berkembang. Sering terjadi penulis memiliki insting yang lebih tajam daripada penerbit. Dalam konteks seperti ini, penerbit tertinggal dalam mendapatkan informasi dibandingkan dengan penulis.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Ini memang sebuah fakta yang menarik. Namun, bila dicermati kita akan mendapatkan jawabannya. Bahwa penulis lebih sering mendapatkan informasi yang selangkah lebih maju daripada penerbit. Tidak hanya itu, penulis lebih jauh telah melangkah degan melakukan prediksi yang berangkat dari hasil kajiannya. Sedangkan penerbit hanya mengandalkan dari aspek histori data-data pemasaran.

Kemampuan penulis terletak pada penguasaan konten. Sedangkan penerbit lebih menguasai rekam jejak data pemasaran. Ini akan mendatangkan energi besar apabila terjadi kolaborasi. Keterpaduan antara data trend ke depan dengan data pemasaran digunakan penerbit untuk mengambil langkah yang tepat dalam dunia penerbitan.

Karena itulah maka perlu adanya komunikasi yang efektif antara penulis dengan penerbit. Cara pandang penulis yang lebih fokus pada konten dan penerbit yang lebih memandang aspek pemasarannya bisa memunculkan kesalahpahaman bila tidak dijembatani dengan komunikasi dua arah.

Penulis perlu memahami bahwa pihak penerbit memiliki dua pertimbangan besar dalam menerbitkan buku. Yang pertama adalah terkait penerimaan pasar terhadap buku dan yang kedua adalah idealisme. Setiap penerbit memiliki idealisme yang dengannya mereka menimbang sebuah naskah perlu diterbitkan atau tidak. 

Memahami Organisasi Penerbitan
Ada dua organisasi besar yang menaungi penerbit, yaitu IKAPI dan APTI. IKAPI adalah Ikatan Penerbit Indonesia. Sedangkan APTI adalah Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi. Para penerbit yang tergabung dalam kedua organisasi inilah yang secara hukum diperbolehkan mengeluarkan ISBN di bawah naungan Perpustakaan Nasional.

IKAPI adalah para penerbit yang lebih berorientasi pada keuntungan. Sedangkan APTI adalah rivalnya yang lebih mengutamakan kualitas terbitan. APTI memiliki orientasi menerbitkan buku yang sesuai dengan keilmuan di kampus dan perguruan tinggi. 

Dalam hal gerak, IKAPI terbilang lebih lincah di pasar. Ini terjadi karena ia lebih terbuka dalam menerima naskah. Maksudnya, penerbit IKAPI bisa menerbitkan buku dengan berbagai genre. Hal ini tentu berimbas pada peluang penerimaan pasar yang lebih luas. Ini berbeda dengan APTI yang lebih cenderung hanya menerima naskah untuk perguruan tinggi. 

Untuk menerbitkan buku penulis perlu memutuskan penerbit mana yang akan menjadi sasarannya dalam mengirim naskah. Karena jumlah penerbit IKAPI yang sangat besar, akhirnya para penulis mengambil mudahnya dengan cara mengidentifikasi penerbit. Ada penerbit mayor dan ada pula penerbit minor. Pengelompokan ini dilakukan untuk mempermudah pengidentifikasian penerbit.

Untuk bisa mengidentifikasi penerbit mayor dan minor, penulis cukup melihat ciri-cirinya. Hal mendasar yang menjadi penanda status suatu penerbit adalah dengan melihat kode penomoran ISBN. Kode nomor ini juga digunakan oleh DIKTI untuk memberikan penilaian tersendiri terhadap penerbit yang bersangkutan.

Bila diperhatikan, struktur penomoran ISBN terdiri dari beberapa angka. Masing-masing angka mewakili kategori tertentu. Tiga angka pertama disebut prefix element, tiga angka berikutnya adalah group identifier, lalu diikuti registrant element, berikutnya adalah publication elements, dan yang terakhir adalah check digit.



Nah, untuk mengetahui status suatu penerbit, bisa dilihat pada jumlah digit pada publication element. Semakin besar jumlah digitnya maka menunjukkan semakin besar pula jumlah buku yang sudah diterbitkan. Dengan kata lain, bila jumlah buku yang diterbitkan sudah sangat banyak dapat dipastikan itu adalah penerbit mayor. Misalnya, penerbit Andi sudah memasang angka empat digit untuk publication element.

Sekarang, coba cek buku-buku yang ada di sekitar Anda. Biasanya, penerbit indi memiliki lebih sedikit jumlah buku yang telah diterbitkan. Untuk itu, perhatikanlah bagian publication element. Biasanya, penerbit minor berada pada kisaran satu atau dua digit saja. Semakin kecil jumlah digitnya, berarti skalanya minor. Jadi, penerbit kecil memiliki ISBN skala minor dan begitu pula sebaliknya, penerbit mayor memiliki skala mayor.

Registrant element juga bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan status penerbit. Bila registrant element semakin kecil, maka menunjukkan status penerbit itu adalah mayor. Sebaliknya, bila digitnya besar, itu menunjukkan penerbitnya termasuk minor. Baik penerbit mayor maupun minor, bisa jadi sama-sama anggota IKAPI. Bagi para guru yang menjadi penulis, disarankan menerbitkan bukunya di penerbit IKAPI. Ini agar mendapat angka kredit yang tinggi.

Menawarkan Naskah Pada Penerbit
Setelah memahami seluk beluk penerbit, saatnya para penulis menentukan sasarannya. Sebelumnya, penulis perlu melihat kekuatan penerbit. Caranya dengan melihat rekam jejak hasil terbitannya. Perhatikan apakah terbitannya lebih kuat pada karya fiksi atau non fiksi. Bila sudah, maka pilihlah penerbit sesuai jenis karya yang dihasilkan. Bila fiksi, sebaiknya memilih penerbit yang lebih kuat dalam menerbitkan karya fiksi. Jangan salah kirim pada penerbit yang kekuatannya pada karya non fiksi.

Selanjutnya, lakukan langkah penawaran terhadap penerbit.. Kirimlah semacam proposal pada penerbit yang ditargetkan. Penulis dapat mengirim proposalnya pada email penerbit itu. Adapun struktur proposal setidaknya mengandung beberapa hal berikut.

Pertama, Judul utama buku. Kedua, Sub judul apabila diperlukan. Sub judul berfungsi untuk mempermudah pengelompokan tema. Bisa jadi judul utama yang kita buat sama dengan judul dari penulis lain. Namun, dengan adanya sub judul penerbit akan lebih mudah mengidentifikasinya karena sub judul menjadi ciri khas masing-masing penulis.

Ketiga, Tuliskan outline lengkap. Outline bisa berupa bab dan sub bab yang jelas urutannya. Keempat, tuliskan pula sasaran pembaca bukunya. Misalnya, buku ini untuk guru, murid, orang tua, atau semua kalangan secara umum. Kelima, jangan lupa mencantumkan curriculum vitae yang ditulis dalam bentuk narasi. Hal ini penting untuk melihat kepakaran penulis. Dengan  curriculum vitae, dapat diketahui penulis menonjol di bidang apa. Ini dibutuhkan bagian pemasaran untuk menjajaki potensi calon pembaca sang penulis.

Apabila kelima hal itu sudah dituliskan, maka lebih baik lagi jika mencantumkan satu bab sebagai sampel. Bagian editorial akan menelaah satu bab sampel itu untuk mengetahui gaya penyampaian penulis. Pilihan diksi dan gaya penyampaian sangat menentukan penerimaan pembaca. Pembaca lebih menyukai gaya penyampaian dengan menggunakan kalimat aktif daripada kalimat pasif. Kalimat pasif terkesan kaku dan formal dan lebih pas digunakan dalam karya penelitian.

Yang Perlu Penulis Lakukan
Bila penulis telas selesai membuat proposal, selanjutnya jangan sungkan untuk mengirimkannya pada beberapa penerbit. Tujuannya adalah agar dapat dibaca oleh editor atau redaktur penerbit. Para penerbit biasanya memperlakukan proposal layaknya sebuah naskah. Proposal tersebut akan melewati beberapa tahap review. Tahapan ini dilakukan penerbit sesuai dengan amanah dari undang-undang tentang naskah dan buku.

Selanjutnya penerbit akan melakukan pengecekan plagiasi. Editor bahasa menempati peran penting dalam hal ini. Tahap ini dilakukan untuk meneliti seberapa besar penulis melakukan plagiasi terhadap karya orang lain. Bila terbukti melakukan plagiasi dan melewati ambang batas yang telah ditetapkan, maka penerbit akan meminta penulis melakukan revisi.  

Plagiasi meliputi teks dan gambar yang disadur tanpa menyebutkan sumber. Karena itu, setiap penulis mesti peka dalam hal ini. Penulis harus selalu menuliskan sumber untuk setiap naskah non fiksi. Untuk naskah fiksi hal ini tidak perlu dilakukan.

Langkah terakhir adalah membuat abstrak, resume, atau calon sinopsis buku. Sinopsis adalah tulisan yang dicetak di sampul belakang buku. Dalam hal ini, sebaiknya penulis sendirilah yang membuatnya. Sebab, hanya penulis yang betul-betul menguasai materi yang ditulisnya. Sedangkan pihak penerbit biasanya tidak menguasai naskah secara detail. 

Apabila penerbit menyatakan bahwa bukunya diterima, maka penulis jangan berhenti di situ saja. Penulis sebaiknya mencari endorsement. Carilah endorsement dari tokoh-tokoh yang dianggap mumpuni di bidangnya atau setidaknya dari pejabat yang dikenal, artis, atau tokoh masyarakat yang mempunyai follower atau massa yang banyak. Ini akan mendukung strategi pemasaran agar buku laku di pasaran. 

Sikap Positif Penulis
Penulis mesti memiliki sikap dan pandangan positif terkait diri dan karyanya. Penulis tidak boleh merasa berkecil hati untuk memasukkan karyanya ke penerbit mayor. Terlebih apabila guru mencoba menapaki jalan sebagai penulis. Ia telah memiliki modal yang sangat berarti, yaitu keahlian dan pengalamannya selama ini. Itu adalah sebuah modal yang tidak dimiliki oleh setiap penulis. Menurut narasumber, buku yang ditulis oleh guru yang sudah biasa di lapangan terkadang lebih berbobot daripada yang ditulis oleh mereka yang hanya memahami dan menguasai teori saja.

Banyak penulis yang menganggap dirinya sebagai pemula. Ini adalah fenomena dan fakta. Namun, kita perlu berkaca pada penulis-penulis yang saat ini namanya sudah dikenal. Sebut saja Andrea Hirata. Menurut narasumber, saat pertama kali memasukkan naskah, pastilah ia dihinggapi rasa minder yang sama sebagaimana mereka yang merasa dirinya sebagai penulis pemula. Dari rekam jejak yang ada, tidak ada yang dapat dipelajari dari CVnya saat awal memasukkan naskah. 
 
Naskah Andrea Hirata beberapa kali ditolak oleh penerbit mayor maupun minor. Dapat dibayangkan seandainya ia tidak sabar dan membuang potongan-potongan naskah diarinya, pastilah Laskar Pelangi tidak kan pernah mencatatkan diri sebagai buku yang memegang rekor penjualan sebagaimana saat ini.

Bercermin dari Andrea Hirata yang fenomenal, kita tidak mendapat rekam jejak tentangnya sebelum meledaknya penjualan Laskar Pelangi. Bagaimana penerbit dapat yakin kalau tulisan itu dapat melejit di pasaran? Itulah faktor keberuntungan. Para penulis jangan melupakan hal ini. Teruslah berkarya. Lalu biarkan tulisan kita menemukan jodohnya.

Selanjutnya, kita jangan terpaku pada satu penerbit saja. IKAPI menaungi banyak penerbit. Untuk mengetahui anggota IKAPI, kita bisa melihat dari tautan https://www.ikapi.org/anggota-ikapi/. Ada puluhan penerbit yang saat ini sangat membutuhkan naskah yang bisa meledak sebagaimana Laskar Pelangi. Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Yang diperlukan hanya satu hal, yaitu berani mencoba. Ayo segera kirimkan naskah ke penerbit. 

Sekilas Penerbit Andi
Setiap penerbit memiliki fokus yang berbeda-beda. Penerbit Andi lebih banyak menerbitkan buku Perguruan Tinggi sebesar 60 persen. Sedangkan sisanya adalah buku umum, buku pendidikan dasar dan menengah. Namun begitu, penerbit Andi memiliki anak perusahaan penerbitan (imprint) yang menerima naskah fiksi. Nama imprint milik Andi adalah Sheila.

Nah, untuk mengirim naskah atau proposal pada Andi, bisa melalui email naskahandi@gmail.com. Untuk peserta pelatihan, diharapkan mengetik di bagian subjek dengan keterangan "Belajar Menulis Gelombang 16 untuk Bapak Edi penerbitan.

Sebelum menutup materi, Pak Edi menyampaikan closing statement yang menurut saya sangat berguna bagi penulis. Bahwa penerbit memerlukan informasi yang lengkap tentang materi yang ditawarkan kepadanya. Karena itu, penulis harus memberikan penjelasan yang cukup terkait naskahnya sehingga penerbit menjadi yakin naskah yang ditawarkan layak dibaca dan dikonsumsi sejumlah besar calon pembaca. 

Tanpa clue yang memadai dari penulis, bisa saja penerbit salah dalam mengambil keputusan. Karena itu, janganlah menyia-nyiakan kesempatan dikenal oleh pembaca yang sedang menunggu tulisan-tulisan yang mencerahkan. 

Demikianlah materi malam hari ini. Peserta semakin termotivasi untuk segera menulis dan mengirimkan buku ke penerbit. Semoga segera terlahir penulis-penulis baru dari pelatihan ini. Terima kasih, Pak Edy S. Mulyanta.





Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir

















6 komentar: